Masalah penipisan pada salah satu bagian pakaian – dari jenis bahan tertentu – terjadi karena adanya peregangan dini konstruksi serat benang, pada saat proses pencucian awal. Peregangan serat benang dini tersebut umumnya disebabkan konstruksi anyaman bahan yang kurang kuat atau bisa juga disebabkan karena kerapuhan serat benangnya.
Kerusakan yang terjadi pada bahan pakaian tersebut nampak berupa penipisan konstruksi anyaman bahan secara horisontal. Jika diamati, umumnya yang mengalami kerusakan hanya serat benang tertentu yang berwarna-warni, sementara serat benang yang putih tetap tidak terpengaruh.
Ada beberapa jenis zat pewarna yang dipergunakan untuk memberi warna bahan pakaian yang sangat reaktif terhadap serat benang . Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa, proses pembilasan pada kondisi pH air yang rendah sesuai standar pengasaman setelah pakaian dicuci, maka proses penyeterikaannya harus diselaraskan dengan reaksi pewarnaan serat benang. Karena reaksi pewarnaan dalam kondisi asam tersebut pasti selalu menghasilkan ion-ion pH air yang bersifat asam pula. Jika tidak berhati-hati, maka reaksi kimia yang diluar kebiasaan ini akan menyebabkan terjadinya degradasi pada serat-serat benang yang berwarna. Serat benang yang berwarna tersebut tidak cukup kuat untuk dapat menahan reaksi zat asam (sour) pada proses pembilasan akhir dan proses penetralan dalam kondisi pH air dibawah 6,5.
Umur pakaian dapat dijaga bahkan dapat ditingkatkan secara signifikan pada formula pencucian yang tahap akhir proses pencuciannya mempunyai pH air disekitar atau sedikit diatas 6,5. Caranya tentu dengan mengurangi derajat keasaman pH air (mengurangi pemakaian sour) pada proses pembilasan akhir. Pemakaian sour yang benar justru akan mencegah terjadinya degradasi yang diakibatkan oleh reaksi negatif dari zat pewarna terhadap serat benang pakaian.
Jika masih juga terjadi penipisan yang cepat pada serat benang pakaian walaupun telah dicuci dengan benar sesuai prosedur yang ditentukan, dapat dipastikan telah terjadi kesalahan proses produksi yang dilakukan produsen, terutama yang menyangkut kualitas serat benangnya. Selain itu yang juga harus diperhatikan adalah, jika formula pencucian masih juga belum disesuaikan hingga mencapai pH air yang tepat, maka kerusakan pakaian yang dini juga akan tetap terjadi.
Pakaian yang dicuci dengan benar akan menjadi awet dan bahkan akan bisa melewati batas umur cucinya. Sebagai catatan, setiap jenis cucian ada umur cucinya. Khusus untuk pakaian yang kita pakai sehari-hari, maka umur cucinya adalah sampai dengan 50 kali cuci. Artinya makin sering pakaian dicuci, maka akan semakin cepat serat benangnya terkikis atau menipis yang akan menyebabkan kerapuhannya. Oleh karena itulah perlu selalu memeriksa dengan teliti setiap pakaian yang akan dicuci, untuk memastikan apakah konstruksi serat benangnya masih kuat, tidak ada yang rapuh apalagi menipis atau berlobang.
Bagian pakaian yang serat benangnya sudah menipis tentu sulit untuk diperbaiki atau direstorasi. Jasa layanan tisik benang sekarang sudah sulit bahkan mungkin sudah tidak ada pengrajinnya. Cara-cara pencegahan yang dapat antara lain tentu pakaian harus diproses cuci sesuai dengan formula pencuciannya, sebagaimana telah diutarakan diatas, disamping cara penyimpanan dan cara pemakaiannya yang benar.
Editing by H. Santosa Budhi HP C.L.M, M.B.ALaundry Trainer & Expert Laundry